Kamis, 21 Mei 2020

"UHUK-UHUK"
Alhmdllh...
Bahan bacaan tentang etika batuk dapat dinikmati, smg bermanfaat untuk kita semua...
silakan berbagi agar lebih manfaat...
🙏🙏🙏










Selasa, 21 April 2020

HOPE

Buku yang penuh inspirasi, memberikan harapan dengan kisah nyata...
Hasil Penjualan buku ini, 50% telah didonasikan
pada hari ini, Senin, 13 April jam 11.00 terkumpul Rp 800.000,- dan sudah disalurkan sesuai amanat di Yayasan Yatim Piatu "Rifatus Sholihah II" di Desa Jemundo Taman sidoarjo
Thnks atas partisipasinya semua yang sudah beli buku dan sudah berdonasi, mendoakan juga dan ikut membantu juga.
semoga berkah dunia akherat, Aamiin YRA....
Mhn maaf jika tdk bisa menyebutkan satu persatu para donatur...
sekali lagi banyak2 terimakasih saya sampaikan...
Cerpenis nasional, penulis, writerpriner, pegiat literasi, komunitas menulis memberikan pendapatnya....
 
"HOPE mengajarkan kita tentang berjuang, tentang tak menyerah begitu saja terhadap takdir. HOPE adalah sebuah doa, sebuah kesabaran, yang bergelung dalam peliknya sebuah ujian yang perlahan mewujud menjadi sebuah kemenangan." (Iwok Abqary, penulis buku anak dan remaja)












Nikmati Karyanya danyang MINAT dipersilakan hub:085748102876
Salam BARIS
#Belajar bersama Pak Rolis

Jumat, 21 Februari 2020

Mengintip Media Sang Juara 1 di Lomba Karya Tulis Ilmiah 2019

Bagaimana cara menjadi Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah HUT KORPRI Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019 oleh Ibu Amalia Guru SMPN 2 Sidoarjo...
Ayo Belajar dan Kepo in link di bawah ini tentang Media
 Klik aja di bawah ini hasil siarannya:


https://www.youtube.com/watch?v=uMuX9QO7SNc&t=3s
Yang lain bisa ikuti dengan dowlond di play store atau streaming di you tube tentang diskusi pojok literasi di radio Tunas Jenggala Sidoarjo
Pojok Literasi Setiap Hari Jumat Jam 13.30 WIB
Salam BARIS
#Belajar Manis Bersama Pak Rolis

Jumat, 14 Februari 2020

Gerakan Literasi di SMPN 6 Sidoarjo

 Bagaimana cara menghasilkan sebuah buku hampir 40 buku dalam waktu 2 tahun di SMPN 6 Sidoarjo...
Ayo Kepo in link di bawah ini...
 Klik aja di bawah ini hasil siarannya:
 https://www.youtube.com/watch?v=jmG2dSgrAAA
Yang lain bisa ikuti dengan dowlond di play store atau streaming di you tube tentang diskusi pojok literasi di radio Tunas Jenggala Sidoarjo
Salam BARIS
#Belajar Manis Bersama Pak Rolis




Senin, 03 Februari 2020

Radio Tunas Jenggala Sidoarjo



Ayo gabung dalam acara Pojok Literasi di Radio Tunas Jenggala Sidoarjo 107,1 FM setiap hari Jumat jam 13.30 WIB
Bisa di nikmati di paly store dengan dowlond aplikasi radio Pramuka Tunas Jenggala Sidoarjo atau streaming di You tube Radio Pramuka Sidoarjo..
Ayo belajar bersama....
Salam BARIS
#Belajar Manis Bersama Pak Rolis

Belajar Pada Reog Cemandi Sidoarjo

Belajar Pada Kearifal Lokal Sidoarjo
Buku yang berjudul Belajar Pada Reog Cemandi Sidoarjo adalah buku anak bergambar yang secara tidak langsung bercerita tentang budaya lokal yaitu Kabupaten Sidoarjo tentang Reog cemandi.
Bahasa Singkat dan menarik sehingga mudah dipahami..
Tertarik, dapatkan bukunya dengan menghubungi: 085748102876
Salam BARIS
#Belajar Manis Bersama Pak Rolis

Jumat, 31 Januari 2020

KUDA RENGGONG, BUDAYA KHAS SIMBOL HARMONISASI


KUDA RENGGONG, BUDAYA KHAS SIMBOL HARMONISASI
ROLIS AWANG WIDODO

            Budaya adalah hasil olah cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa. Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keragaman budaya sebagai ciri khasnya. Indonesia dengan banyak pulau, suku bangsa dan kota memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Jumlah kabupaten atau kota di Indonesia sangat banyak sekali. Sumedang adalah satu diantara kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Barat.
            Nah, ketika membicarakan tentang Kabupaten Sumedang, pikiran kita akan tertuju pada makanan dengan cita rasa yang berbeda dengan kota-kota lainnya yaitu tahu, yang dikenal dengan Tahu Sumedang. Tahu Sumedang ini sudah menjadi ikon makanan khas daerah Sumedang Jawa Barat sehingga Sumedang dijuluki sebagai Kota Tahu. Di Sumedang yang merupakan suku Sunda, daerah ini dikenal sebagai “Puseur Budaya Sunda” yang berarti Pusat Budaya Sunda sehingga tidak hanya makanan saja sebagai ciri khasnya. Daerah ini memiliki pesona luar biasa yang dapat menarik para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun asing. Daya tarik ini baik dari wisata kuliner, tempat wisata, wisata religi, pesona alam yang indah dan wisata budayanya. Unsur wisata budaya Sumedang ini yang menarik perhatian penulis untuk mengupas dari sisi lainnya.
            Seni Budaya Sumedang memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya, hal tersebut dapat dilihat pada silih asih (saling mengasihi), silih asah (saling memperbaiki diri), dan silih asuh (saling melindungi) yang terbungkus dalam hidup kebersamaan. Nilai-nilai ini menjadi ciri khas budaya Sumedang diantara budaya yang lainnya. Kekayaan potensi budaya Sumedang sudah banyak dikenal di nasional dan internasional. Jenis-jenis budaya kesenian yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Sumedang antara lain: Kuda Renggong, Reog Sunda, Upacara Seren Taun, Upacara Adat Ngarot (tutup buku guar bumi rumbak jarami ampih pare), Seni Karinding, Seni Beluk, Seni Gondang, Seni Tutunggulan, Tarawangsa, Ngaruat Jagat, Nyadap, dan Mahkota Binokasih yang merupakan peninggalan Kerajaan Pajajaran.
            Dari berbagai ragam seni budaya tersebut, penulis mencoba mengupas tentang Kuda Renggong lebih dalam. Kuda Renggong merupakan ikon budaya kesenian dari Sumedang yang dimulai sejak tahun 1910 pada masa pemerintahan Kanjeng Pangeran Aria Soerja Atmadja yang dikenal dengan nama Pangeran Mekah untuk memajukan masyarakatnya dalam bidang peternakan; seni Kuda Renggong memiliki makna spiritual, makna teatrikal, makna interaksi dengan sang pencipta dan makna universal; Kuda Renggong membutuhkan upaya ketrampilan khusus untuk memainkannya agar tidak tenggelam dengan kemajuan zaman; adanya interaksi kuat antara pemain dengan hewan (kuda) yang dibangun sebelum dipentaskan. Ini semua sebagai wujud melestarikan seni dan budaya tradisional Sumedang; Kuda Renggong masih popular dan menjadi hiburan yang digemari banyak orang hingga level nasional, hal ini disampaikan Wawan Gunawan, Staf Kementerian Pariwisata RI ketika hadir di Festival Pesona Kuda Renggong Sumedang Jawa Barat.
            Kuda Renggong merupakan kesenian yang bermula dari seoarang anak laki-laki yang suka mengamati gerakan kuda bernama Sipan, di Desa Cikurubuk Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Sipan mengamati dan mempelajari gerakan kuda (kepala dan kaki) yang merupakan gerakan dasar terciptanya kesenian Kuda Renggong atau kuda menari atau kuda pencak. Hal tersebut karena seekor kuda dilatih untuk melakukan gerakan seperti melawan pelatihnya dengan gaya pencak silat. Sipan melatih kudanya Si Cengek dan Si Dengek dengan tekun sehingga menjadi Kuda Renggong. Kesenian tersebut kemudian berkembang menyebar dengan cepat ke daerah lainnya sampai di luar Kabupaten Sumedang.
            Kuda Renggong yang dikenal dengan kuda menari dan bergoyang ini, memberikan pandangan kurang baik bagi beberapa orang tentang adanya eksploitasi hewan dan menyatakan seni Kuda Renggong itu ibarat/simbol kehidupan.
            Untuk menghilangkan image negatif dan membuktikan pernyataan tersebut, beberapa seniman menjelaskan makna-makna atau pesan yang disampaikan dari pertunjukan seni Kuda Renggong. Makna spiritual, pada seni Kuda Renggong memunculkan semangat mandiri pada Upacara Inisiasi (pendewasaan) ketika anak disunat, dalam hal ini memunculkan keberanian sebagai bentuk kedewasaannya ketika disunat dan menumbuhkan figur pahlawan pada dirinya ketika memakai kostum tokoh wayang Gatotkaca. Makna Teatrikal, pergerakan kuda ke atas seperti berdiri lalu di bawahnya pemainnya serta bermain silat bersama, hal tersebut menunjukkan teatrikal yang berwibawa dan memesona karena membutuhkan ketrampilan khusus untuk melakukannya. Karakter-karakter positif seperti kerja keras, kerja sama, tanggungjawab dan lain-lain nampak pada makna teatrikal. Makna interaksi dengan sang pencipta, perlakukan pelatih terhadap Kuda Renggong tidak hanya sebagai hewan peliharaan saja tetapi memosisikan kuda sebagai makhluk sang pencipta yang dimanjakan dari perawatannya (memilih makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian dan lain-lain) dalam kondisi yang terbaik sehingga jauh dari kekerasaan hewan. Makna universal, dalam kehidupan manusia di perbagai tempat, binatang kuda dijadikan simbol kekuatan, kejantanan, kewibawaan, kepahlawanan dan lain-lain sejak zaman manusia mengenal binatang. Dari penjabaran tentang makna pertunjukkan seni Kuda Renggong tersebut, dapat disimpulkan adanya nilai-nilai yang terkandung (kerja sama, kekompakan, ketertiban, kerja keras, ketekunan, sosial) yang saling terkait dan secara tidak langsung membentuk karakter masyarakat menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan kerja sama, saling menghargai, kebersamaan, ketekunan, ketertiban, semangat religius tinggi sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan simbol harmonisnya kehidupan yang jauh dari kata “eksploitasi hewan”.
            Pertunjukkan Kuda Renggong berupa seni helaran yang dapat dilakukan di pawai atau festival dengan keliling di desa-desa atau sebagai bentuk penyambutan tamu kehormatan. Pertunjukkan Kuda Renggong di pemukiman dilaksanakan setelah selesai anak yang disunat diupacarai, diberi doa lalu berpakaian tokoh wayang Gatotkaca, dinaikkan ke atas kuda Renggong dan diarak mengelilingi desa. Kuda Renggong menari mengikuti irama musik sampai kembali ke rumah anak sunat dan anak tersebut, diturunkan dari kuda dengan lantunan lagu Pileuleuyan (perpisahan). Dilanjutkan dengan acara saweran (menaburkan uang logam dan beras putih), acara puncak yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang.
            Jika dilakukan di festival, maka upaya kreasi pada masing-masing rombongan terlihat jelas dari jumlah Kuda Renggong (tidak hanya satu kuda saja maka menjadi dua hingga empat kuda renggong), musik pengiring (tidak hanya musik kendang aja, melainkan ada tambahan alat musik sebagai pengiringnya seperti terompet, gong, kecrek, genjring kemprak, ketuk, bajidor, tanjidor atau alat musik yang lebih modern), kostum anak yang sunat (pada umumnya hanya memakai kostum tokoh wayang Gatotkaca, maka ada penambahan anak putri dengan memakai kostum tokoh-tokoh dalam dongeng untuk memeriahkannya) serta penambahan aksesoris pada kuda sehingga para seniman Kuda Renggong mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kreasinya dengan mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan makna yang terkandung didalamnya.
            Kesenian Kuda Renggong mempunyai daya tarik tersendiri, terlihat dari ketrampilan gerakan kaki, badan dan kepala kuda mengikuti irama musik yang mengiringinya. Terdapat beberapa jenis gerakan Kuda Renggong, antara lain: Adean (gerakan lari ke arah pinggir sehingga seolah-olah melintang), Torolong (gerakan langkah pendek-pendek secara cepat), Congklang (gerakan lari cepat dengan kaki menjulur ke depan), Derap/Jagrog (gerakan langkah kuda biasa dengan gerak cepat), Anjing Minggat (gerakan langkah kaki setengah berlari). Seiring perkembangan waktu, terdapat kreasi gerakan baru yang dikenal dengan kuda silat dan gerakan kuda menunduk serta tidur untuk beberapa lama.
            Tidak semua kuda bisa dilatih atau dijadikan Kuda Renggong. Adapun syarat untuk menjadi Kuda Renggong adalah kuda renggong harus mempunyai bakat dan karakter ketika berusia kurang lebih 20 bulan. Jika dinilai mempunyai bakat, maka kuda dilanjutkan latihan tiga kali dalam sehari selama tiga hingga lima bulan, baru bisa melakukan pertunjukkan.










Kuda Renggong sedang beraksi
(Sumber Foto: Kebudayaan Kemdikbud)
           
            Dalam pertunjukkan Kuda Renggong, seni ini mampu mengangkat budaya lain diantaranya seni pencak silat dan iringan musik tradisonal berupa kendang pecak. Terdapat satu atau dua pemain pencak silat dalam pertunjukkan Kuda Renggong. Kendang adalah insrumen dalam gamelan Jawa yang mengantur irama dengan dibunyikan oleh tangan. Musik pengiring yang penuh semangat dengan tembang-tembang yang saling terkait di sepanjang pertunjukkan. Tembang-tembang yang dipilih, antara lain Kaleked, Mojang Geulis, Rayak-rayak, Ole-ole Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, Jisamsu dan lain-lain. Seni ini mengiringi pertunjukkan Kuda Renggong sehingga lebih semarak dengan berbagai kreasi para seniman. Seni Kuda Renggong ini mempunyai nilai tambah sebagai seni tradisional yang tetap menjaga seni kelestariannya.
            Pada awalnya, kesenian Kuda Renggong hanya dipentaskan di desa-desa dalam rangka meramaikan acara syukuran/sunatan. Seiring berkembangnya zaman, kesenian ini terus berkembang sehingga menjadi acara penyambutan tamu kehormatan, karnaval dan agenda tahunan Dinas Pariwisata Sumedang setiap tanggal 29 September. Kuda Renggong Sumedang telah menjadi kekayaan seni tradisional Jawa Barat. Ini ditunjang berdasarkan data Statistik Kebudayaan tahun 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat bahwa Kuda Renggong merupakan warisan budaya tak benda. Warisan budaya tak benda ini sesuai dengan Konvensi UNESCO 2003. Aksi ini nampak pada kegiatan Festival Atraksi Pesona Kuda Renggong di Alun-Alun Tanjungkerta, bulan Maret 2019 lalu, diikuti oleh 111 ekor kuda renggong dari berbagai daerah Sumedang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang. “Berkat Kuda Renggong, Sumedang jadi terkenal. Bila menyebut Sumedang, kini orang bukan hanya ingat Tahu saja, tetapi juga ingat Kuda Renggong,” ujar Ade Abdul Kholik (Parktisi Seni Tradisional dari Institut Seni Budaya Indonesia) Bandung.
            Begitulah seni pertunjukkan Kuda Renggong yang merupakan seni tradisional dengan nilai-nilai positif yang dapat diserap dan diterapkan oleh masyarakat Sumedang dan pencinta seni pertunjukkan demi kelanggengan kelestarian budaya nasional. Inovasi yang terus menerus akan mempertahankan kesenian tradisional di tengah gempuran tekhnologi. Sebuah budaya tidak hanya berupa warisan budaya saja melainkan harus memberikan inspirasi positif yang dapat diambil bagi penikmatnya dan Seni Kuda Renggong telah menjawab semua itu dengan makna sebagai simbol harmonisasi kehidupan. Ini semua ditunjang dengan motto “Dina Budaya Urang Ngapak, Tina Budaya Urang Napak”, yang artinya bahwa masyarakat Sumedang memiliki tekad dan komitmen yang kuat untuk melaksanakan pelestarian dan pengembangan budaya Sunda. Mari menjaga dan melestarikan warisan budaya nenek moyang yang memiliki sejarah dan makna tersirat didalamnya.












Sumber Rujukan:





           

"UHUK-UHUK" Alhmdllh... Bahan bacaan tentang etika batuk dapat dinikmati, smg bermanfaat untuk kita semua... silakan berbagi a...